BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia dituntut
untuk mampu memperkembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat, oleh
karena itu manusia telah dianugerahi berbagai potensi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Potensi yang dimiliki manusia tersebut dapat berkenaan dengan keindahan dan
ketinggian derajat kemanusiaannyamaupun berkenan dengan keempat dimensi
kemanusiaan itu, yang memungkinkan untuk pemenuhan tuntutan masyarakat yang
ada. Tuntutan seperti yang telah disebutkan tadi pada dasarnya ada pada berbagai
ruang lingkup baik tingkat keluarga, lingkungan kerja, masyarakat maupun dunia
pendidikan dalam hal ini yaitu lingkungan sekolah.
Pada ruang
lingkup sekolah, siswa adalah subjek yang berusaha memenuhi tuntutan dalam
kehidupan mereka.untuk mencapai pemenuhan itu siswa juga tidak selalu berjalan
tanpa masalah. Tak dapat dipungkiri bahwa setiap siswa memiliki permasalahan di
sekolah, yang membedakan hanyalah intensitas dan cara mereka menyikapi masalah
yang mereka hadapi. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali
tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini
juga bisa disebabkan oleh umber-sumber permasalahan siswa yang banyak berasal
dari luar sekolah.
Dewasa ini,
praktik nyatanya atau relita yang terjadi adalah pelayanan bimbingan dan
konseling yang belum maksimal atau berjalan sesuai dengan semestinya atau
ketentuan yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman lembaga pelayanan
bimbingan dan konseling tersebut mengenai kedudukannya di sekolah yang dapat
dikatakan vital.
Oleh karena itu
kita sebagai calon tenaga pendidik atau guru haruslah mengerti dan paham
mengenai pelayanan bimbingan dan konseling di lingkup sekolah. Kita tidak hanya
memberikan materi pembelajaran tetapi kita juga harus memberikan pelayanan
bimbingan dan konseling tersebut agar nantinya tujuan dari siswa untuk
mendapatkan kemandirian dapat terpenuhi.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang yang ada, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.2.1
Bagaimana hubungan antara Bimbingan dan
Konseling dengan pendidikan di sekolah?
1.2.2
Apa saja ruang lingkup pelaksanaan
proses pendidikan di sekolah?
1.2.3
Bagaimana kedudukan dan peran Bimbingan
dan Konseling di sekolah?
1.2.4
Bagaimana tanggung jawab konselor
sekolah?
1.3 Tujuan
Tujuan dari
penyusunan makalah ini yang sesuai dengan rumusan masalah yang tersaji antara
lain:
1.3.1
Untuk mengetahui hubungan antara
Bimbingan dan Konseling dengan pendidikan di sekolah.
1.3.2
Untuk mengetahui ruang lingkup
pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
1.3.3
Untuk mengetahui kedudukan dan peran
Bimbingan dan Konseling di sekolah.
1.3.4
Untuk mengetahui bagaimana tanggung
jawab konselor di sekolah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Bimbingan dan Konseling
dengan Pendidikan di Sekolah
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah;
guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang
mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan
pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap
konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Bimbingan konseling sendiri adalah salah satu unsur
yang sangat penting, yang merupakan salah satu unsur yang harus tersedia di
dalam sebuah lembaga pendidikan, yakni sekolah. Dalam kenyataannya memang
Bimbingan Konseling yang diharapkan diimplikasikan dengan baik di
sekolah-sekolah tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Tanggung jawab sekolah ialah membantu para siswa, baik
sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat, dengan mendidik dan
menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat, berkompetensi,
mandiri, dan mampu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya. Inti dari
tujuan pendidikan itu sendiri adalah perkembangan yang terjadi pada kepribadian
peserta didik baik secara akademik maupun kehidupan sosialnya secara optimal
serta perkembangan peserta didik sebagai seorang individu. Sehingga implikasi
peranan Bimbingan Konseling di sekolah-sekolah itu sendiri adalah untuk
membantu berhasilnya program pendidikan pada umumnya, membantu keberlangsungan
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di sekolah-sekolah.
Oleh karena itu adanya Bimbingan Konseling di
sekolah-sekolah sangat penting untuk peningkatan mutu pendidikan, khususnya di
Indonesia. Selain itu untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu tidak
cukup hanya dengan interaksi dan transfer ilmu dari guru pada siswa,
materi-materi pelajaran, teori-teori, dan berbagai aspek kognitif lainnya.
Mewujudkan pendidikan yang bermutu juga dibutuhkan serta harus didukung oleh
profesionalitas para tenaga pendidik, tenaga administratif juga termasuk di
dalamnya tenaga-tenaga bantu lain yang mendukung terlaksananya penyelenggaraan
pendidikan. Serta sebagai tambahan yang tentunya juga sangat penting pula dalam
elemen pendidikan yaitu, system manajemen tenaga pendidikan serta pengembangan
kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya sendiri dalam memilih dan
megambil keputusan untuk pencapaian cita-cita dan harapan yang dimilikinya.
Dalam hal ini juga dapat dijelaskan bahwa setidaknya
terdapat tiga komponen yang menunjang pelaksanaan pendidikan, yaitu : program
yang baik, yang berarti bahwa program ataupun hal-hal yang direncanakan untuk
keberlangsungan pelaksanaan pendidikan bagi baik siswa itu sendiri, maupun bagi
pendidikan itu sendiri, haruslah memiliki tujuan dan diupayakan pencapaiannya
dengan sebaik mungkin. Kedua,
administrasi dan supervisi yang lancar, yang memungkikan untuk memperlancar
pula kegiatan belajar mengajar di sebuah sekolah, carut-marut administrasi juga
akan mempengaruhi proses pelaksanaan pendidikan yang diharapkan bias
dilaksanakan seoptimal mungkin. Terakhir, pelayanan bimbingan yang terarah,
sangat ditekankan sekali adanya layanan bimbingan bagi para siswa yang terarah
dan secara teratur. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat lebih bisa mengarahkan
dirinya serta berbagai potensi yang ada dalam dirinya menjadi sehingga menjadi
berkembang, seperti harapan yang sekaligus menjadi tujuan pendidikan.
2.2 Ruang Lingkup Pelaksanaan Proses
Pendidikan di Sekolah
Sebagai pendidikan
formal, pelaksanaan proses pendidikan di sekolah sekurang-kurangnya meliputi
tiga ruang lingkup, antara lain:
1.
Bidang Kurikulum dan Pengajaran
Bidang ini merupakan penyampaian dan
pengembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kemampuan berkomunikasi para
peserta didik.
2.
Bidang Administrasi dan Supervisi
Ini merupakan kumpulan beberapa fungsi
berkenaan tentang tanggung jawab dan kebikjasanaan.
3.
Bidang Bimbingan dan Konseling
Bidang ini adalah fungsi dan kegiatan
yang mengacu tentang pelayanan kesiswaan.
Bidang-bidang tersebut hendaknya secara lengkap ada apabila diinginkan agar
pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi
secara optimal kebutuhan peserta didik dalam proses perkembangannya.
Gambar 1. Bagan
Bidang Pelayanan di Sekolah
Dari ketiga bidang
tersebut memiliki arah atau tujuan yang sama, Yaitu memberikan kemudahan
pencapaian pengembangan yang optimal bagi peserta didik. Dalam tiga hal
tersebut juga memiliki hubungan seperti bimbingan dan konseling bisa memberikan
sumbangan bagi pengajaran.sebagai contoh proses suatu pembelajaran dapat
berjalan dengan baik jika peserta didik terbebas dari masalah – masalah yang
membuat pembelajarannya terhambat. Juga seperti antara bidang administrasi dan
supervisi,bimbingan konseling dapat memberikan hal yang positif terhadap
pengembangan suatu kurikulum.
Kebutuhan
akan layanan bimbingan dan konseling akan lebih efektif bila melihat keadaan
yang terjadi pada sebuah sekolah, keadaan – keadaan tersebut meliputi:
1)
Terdapat suatu masalah dan masalah
tersebut tidak dapat diselesaikan oleh guru dalam sekolah tersebut. Sedangkan
guru lebih memfokuskan pada tugas dan kewajibannya sebagai pengajar saja.
2)
Terjadi suatu perselesihan antara guru
dan peserta didik, dan dalam hal tersebut guru tidak dapat menyelesaikan
masalah tersebut.
3)
Ditemukan masalah – masalah pribadi
siswa yang tidak dapat diselesaikan oleh guru dan memerlukan seorang ahli khusus yang dapat
menyelesaiakan masalah tersebut.
2.3 Peranan
dan Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan
Konseling berada dalam posisi kunci dalam sebuah lembaga pendidikan, yaitu
institusi sekolah sebagai pendukung maju atau mundurnya mutu pendidikaan. Peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu pendidikan seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, tidak hanya terbatas pada
bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga sosial, pribadi, intelektual dan
pemberian nilai. Dengan bantuan bimbingan dan konseling maka pendidikan yang
tercipta tidak hanya akan menciptakan manusia-manusia yang berorientasi
akademik tinggi, namun dalam kepribaian dan hubungan sosialnya rendah serta
tidak mempunyai sistem nilai yang mengontrol dirinya sehingga yang dihasilkan
pendidikan hanyalah robot-robot intelektual, dan bukannya manusia seutuhnya.
Dengan adanya bimbingan dan konseling maka integrasi dari seluruh potensi ini
dapat dimunculkan sehinga keseluruhan aspek yang muncul, bukan hanya kognitif
atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya baik itu kepribadian,
hubungan sosial serta memiliki niali-nilai yang dapat dijadikan pegangan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran bimbingan dan konseling didalam meningkatkan mutu
pendidikan terletak pada bagaimana bimbingan dan
konseling itu membangun manusia yang seutuhnya
dari dberbagai aspek yang ada didadalam diri peserta didik. Karena seperti
diawal telah dijelaskan bahwa pendidikan yang bermutu bukanlah pendidikan yang
hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi saja tetapi juga harus
meningaktkan profesionalitas dan sistem manjemen, dimana kesemuanya itu tidak
hanya menyangkut aspek akademik tetapi juga aspek pribadi, sosial, kematangan
intelektual, dan sistem nilai. Peran BK dalam keempat aspek inilah yang
menjadikan bimbingan konseling ikut berperan dalam peningkatan mutu pendidikan.
Bimbingan dan konseling di sekolah dapat mendamingi siswa dalam
hal:
1) Dalam perkembangan belajar di
sekolah (perkembangan akademis).
2) Mengenal diri sendiri dan mengerti
kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak.
3) Menentukan cita-cita dan tujuan
dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan
itu.
4) Mengatasi masalah pribadi yang
mengganggu belajar di sekolah dan terlalu mempersukar hubungan dengan orang
lain, atau yang mengaburkan cita-cita hidup.
BK dapat diposisikan secara tegas
untuk mewujudkan prinsip keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman
bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privacy-nya. Di
sana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk
diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan orangtua siswa
dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh mereka
dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.
2.4 Tanggung Jawab Konselor Sekolah
Tenaga
initi (ahli)dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling ialah konselor.
Karena tanggungjawabnya adalah di sekolah maka ia disebut konselor sekolah.
Dalam menjalankan tugas dan mencapai tujuan pendidikan serta tujuan perkembangan
peserta didik, ia tidak hanya berhubungan dengan peserta didik melainkan juga
dengan berbagai pihak yang dapat secara bersama-sama menunjang semua pencapaian
itu, antara lain:
1)
Tanggung jawab
konselor terhadap siswa
Misalnya
saja:
(1)
Memiliki
kewajiban dan setia dalam memperlakukan siswa sebagai individu yang unik
(2)
Memperhatikan
sepenuhnya segenap kebutuhan siswa dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal
(3)
Memberitahu
tyjuan dan teknik layanan bimbingan konseling
(4)
Tidak mendesak
siswa tentang nilai-nilai tertentu yang sebenarnya hanya anggapan baik dari
konselor
(5)
Menjaga
kerahasiaan
(6)
Memberi tahu
pihak yang berwenang bila ada sesuatu yang dirasa berbahaya
(7)
Menyelenggarakan
pengungkapan data secara tepat dan memberi tahu siswa tentang hasil kegiatan
itu dengan cara sederhana dan mudah mengerti
(8)
Menyelenggarakan
layanan bimbingan konseling secara tepat dan profesional
(9)
Melekukan
referal khsus secara tepat
2)
Tanggung jawab
kepada orang tua
(1)
Menghormati hak
dan tanggungjawab orang tua terhadap siswa, dan membangun hubungan yang kuat
dengan orang tua demi perkembangan siswa
(2)
Memberitahu
orang tua tentang peranan konselor
(3)
Berbagi
informasi dengan orang tua dalam menyampaikan cara yang sebaik-baiknya untuk
perkembangan siswa
(4)
Menerapkan asas
kerahasiaan dari informasi yang diperoleh dari orang tua
(5)
Menyampaikan
informasi hanya kepada pihak-pihak yang berhak mengetahui tanpa merugiakan
orang tua maupun siswa tersebut.
3)
Tanggung jawab
kepada sejawat(sesama konselor, guru, dan personal sekolah lainnya)
(1)
Memperlakukan
sejawat dengan penuh kehormatan, keadilan, keobjektifan, dan kesetiakawanan
(2)
Mengembangkan
hubungan kerja agar pelaksanaan bimbingan konseling yang maksimum
(3)
Membangun
kesadaran, tentang perlunya asas kerahasiaan, perbedaan antara data umum dan
data pribadi, serta pentingnya konsultasi sejawat
(4)
Menyediakan
informasi yang tepat, objektif, luas, dan berguna bagi sejawat untu membantu
menangani masalah siswa
(5)
Membantu proses
alih tangan kasus
4)
Tanggung jawab
kepada sekolah dan masyarakat
(1)
Mendukung dan
melindungi program sekolah terhadap penyimpangan-penyimpangan yang erugikan
siswa
(2)
Membantu
pihak-pihak yang bertanggungjawab apabila ada sesuatu yang dapat menghambat
atau merusak misi sekolah, personal sekolah, ataupun kekayaan sekolah
(3)
Mengembangkan
dan meningkatkan peranan dan fungsi bimbingan dan konseling untuk memenuhi
kebutuhan segenap unsur-unsur sekolah dan masyarakat
(4)
Membantu
pengembangan di sekolah
(5)
Bekarjasama
dengan semua lambaga baik di sekolah maupaun di masyarakat demi pemenuhan
kebutuhan siswa, sekolah, dan masyarakat tanpa pamrih
5)
Tanggung jawab
kepada diri sendiri
(1)
Berfungsi
secara profesional dalam batas-batas kemampuannya serta menerima tanggungjawab
dan konsekuensi dari pelaksanaan fungsi tersebut
(2)
Menyadari
kemungkinan pengaruh diri pribadi terhadap pelayanan yang diberikan oleh klien
(3)
Memonitor
bagaimana diri sendiri berfungsi, dan bagaimana tingkat keefektifan pelayanan
serta menahan segala sesuatu kemungkinan merugikan klien
(4)
Selalu
mewujudkan prakarsa demi peningkatan dan pengembangan pelayanan profesional melalui
dipertahankannya kemampuan profesional konselor, dan melalui penemuan-penemuan
baru.
6)
Tanggung jawab
kepada profesi.
(1)
Bertindak
sedemikian rupa sehingga menguntungkan diri sendiri sebagai konselor dan
profesi
(2)
Melakukan
penelitian dan melaporkan penemuannya sehingga memperkaya khasanah dunia
bimbingan dan konseling
(3)
Berpartisipsi
secara aktif dalam kegiatan organisasi profesional bimbingan dan konseling baik
ditempatnya sendiri, di daerah, maupun dalam lingkungan nasional
(4)
Menjalankan dan
mempertahankan standar profesi bimbingan dan konseling serta kebijaksanaan yang
berlaku berkenaan dengan pelayanan bimbingan dan konseling
(5)
Membedakan
pernyataan yang bersifat pribadi dengan pernyataan yang menyangkut profesi
bimbingan serta memperhatikan bagaimana implikasinya terhadap pelayanan
bimbingan dan konseling
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Yang dapat
disimpulkan dari makalah ini adalah bimbingan dan konseling memiliki peran dan
kedudukan yang penting terutama di sekolah. Sebagai pendidikan formal,
pelaksanaan proses pendidikan di sekolah sekurang-kurangnya meliputi tiga ruang
lingkup, yakni bidang instruksional(pengajaran) dan kurikulum, bidang
administratif dan supervisi, serta bimbingan dan konseling.
Peran
bimbingan dan konseling didalam meningkatkan mutu pendidikan terletak pada
bagaimana bimbingan dan konseling itu membangun manusia
yang seutuhnya dari di berbagai aspek yang ada didadalam diri peserta didik. Peran
BK dalam aspek pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilailah
yang menjadikan bimbingan konseling ikut berperan dalam peningkatan mutu
pendidikan.
Lembaga bimbingan dan konseling dapat menjadi tempat setiap
persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap
kebanggaan diri diteguhkan.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis
sampaikan kepada pembaca makalah ini antara lain:
1) pembaca
membuka referensi lain yang mendukung isi makalah ini.
2) pembaca
membuka buku bimbingan dan konseling agar dapat lebih memahami isi.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono, St. 2007. Pentingnya Bimbingan Konseling di Sekolah. http://tinaesti.wordpress.com
/2007/06/24/pentingnya-bimbingan-konseling-oleh-st-kartono/.
Diunduh pada 26 September 2011
Mugiarso, Heru. 2009. Bimbingan & Konseling. Semarang: UPT
UNNES Press
Prayitno dan
Erman Amti. 2004.Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
okeeeee
BalasHapus